Selasa, 26 November 2013

Pakaian Adat dan Seragam Sekolah Negara Sakura




         KIMONO


      Kimono ( ) adalah pakaian tradisional Jepang. Arti harfiah kimono adalah baju atau sesuatu yang dikenakan (ki berarti pakai, dan mono berarti barang) pada zaman sekarang, kimono berbentuk seperti huruf “T”, mirip mantel berlengan panjang dan berkerah. Panjang kimono dibuat hingga ke pergelangan kaki. Wanita mengenakan kimono berbentuk baju terusan, sementara pria mengenakan kimono berbentuk setelan. Kerah bagiankanan harus berada di bawah kerah bagiankiri. Sabuk kain yang disebutob i dililitkan di bagianperut/pinggang, dan diikat di bagianpunggung. Alas kaki sewaktu mengenakan kimono adalahzōri ataugeta.Kimono sekarang ini lebih sering dikenakan wanita pada kesempatan istimewa. Wanita yang belum menikah mengenakan sejenis kimono yang disebut furisode.[1] Ciri khas furisode adalah lengan yang lebarnya hampir menyentuh lantai. Perempuan yang genap berusia 20 tahun mengenakanfurisod e untuk menghadiri seijin shiki.

       Pria mengenakan kimono pada pesta pernikahan, upacara minum teh, dan acara formal lainnya. Ketika tampil di luar arena sumo, pesumo profesional diharuskan mengenakan kimono. Anak-anak mengenakan kimono ketika menghadiri perayaan Shichi- Go-San. Selain itu, kimono dikenakan pekerja bidang industri jasa dan pariwisata, pelayan wanita rumah makan tradisional (ryōtei) dan pegawai penginapan tradisional (ryokan).
       Pakaian pengantin wanita tradisional Jepang (hanayome ishō) terdiri dari furisode danuch ikake (mantel yang dikenakan di atasfurisode).Furisode untuk pengantin wanita berbeda darifurisode untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan untukfurisod e pengantin diberi motif yang dipercaya mengundang keberuntungan, seperti gambar burung jenjang. Warna furisode pengantin juga lebih cerah dibandingkanfurisode biasa.Shiro muku adalah sebutan untuk baju pengantin wanita tradisional berupa furisode berwarna putih bersih dengan motif tenunan yang juga berwarna putih.
     Sebagai pembeda dari pakaian Barat (yōfuku) yang dikenal sejak zaman Meiji, orang Jepang menyebut pakaian tradisional Jepang sebagaiwafuku ( , pakaian Jepang). Sebelum dikenalnya pakaian Barat, semua pakaian yang dipakai orang Jepang disebut kimono. Sebutan lain untuk kimono adalah gofuku ( ). Istilah gofuku mulanya dipakai untuk menyebut pakaian orang negara Dong Wu (bahasa Jepang : negara Go) yang tiba di Jepang dari daratan Cina.

 1. KIMONO WANITA
     Terselubung yang dikandung masing-masing jenis kimono. Tingkat formalitas kimono wanita ditentukan oleh pola tenunan dan warna, mulai dari kimono paling formal hingga kimono santai. Berdasarkan jenis kimono yang dipakai, kimono bisa menunjukkan umur pemakai, status perkawinan, dan tingkat formalitas dari acara yang dihadiri.

Kurotomesode

     Kurotomesode adalah kimono paling formal untuk wanita yang sudah menikah. Bila berwarna hitam, kimono jenis ini disebut kurotomesode (arti harfiah: tomesode hitam). Kurotomesode memiliki lambang keluarga (kamon) di tiga tempat: 1 di punggung, 2 di dada bagian atas (kanan/kiri), dan 2 bagian belakang lengan (kanan/kiri). Ciri khas kurotomesode adalah motif indah padasuso (bagian bawah sekitar kaki) depan dan belakang. Kurotomesode dipakai untuk menghadiri resepsi pernikahan dan acara-acara yang sangat resmi.

Tomosode

      Tomesode yang dibuat dari kain berwarna disebut irotomesode (arti harfiah: tomesode berwarna). Bergantung kepada tingkat formalitas acara, pemakai bisa memilih jumlah lambang keluarga pada kain kimono, mulai dari satu, tiga, hingga lima buah untuk acara yang sangat formal. Kimono jenis ini dipakai oleh wanita dewasa yang sudah/belum menikah. Kimono jenis irotomesode dipakai untuk menghadiri acara yang tidak memperbolehkan tamu untuk datang memakai kurotomesode, misalnya resepsi di istana kaisar. Sama halnya seperti kurotomesode, ciri khas irotomesode adalah motif indah pada suso.

Furisode

      Furisode adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan berwarna-warni cerah dengan motif mencolok di seluruh bagian kain. Ciri khas furisode adalah bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah. Furisode dikenakan sewaktu menghadiri upacara seijin shiki, menghadiri resepsi pernikahan teman, upacara wisuda, atauhatsu mode. Pakaian pengantin wanita yang disebut hanayome ishō termasuk salah satu jenis furisode.

Homongi

       Hōmon-gi ( , arti harfiah: baju untuk berkunjung) adalah kimono formal untuk wanita, sudah menikah atau belum menikah. Pemakainya bebas memilih untuk memakai bahan yang bergambar lambang keluarga atau tidak. Ciri khas homongi adalah motif di seluruh bagian kain, depan dan belakang. Homongi dipakai sewaktu menjadi tamu resepsi pernikahan, upacara minum teh, atau merayakan tahun baru.

Iromuji
       Iromuji adalah kimono semiformal, namun bisa dijadikan kimono formal bila iromuji tersebut memiliki lambang keluarga (kamon). Sesuai dengan tingkat formalitas kimono, lambang keluarga bisa terdapat 1, 3, atau 5 tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan bagian dada). Iromoji dibuat dari bahan tidak bermotif dan bahan-bahan berwarna lembut, merah jambu, biru muda, atau kuning muda atau warna-warna lembut. Iromuji dengan lambang keluarga di 5 tempat dapat dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila menghadiri upacara minum teh, cukup dipakai iromuji dengan satu lambang keluarga.

Tsukesage

       Tsukesage adalah kimono semiformal untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Menurut tingkatan formalitas, kedudukan tsukesage hanya setingkat dibawah homongi. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga. Tsukesage dikenakan untuk menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu resmi, pesta pernikahan, pesta resmi, atau merayakan tahun baru.

Komon

       Komon adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah motif sederhana dan berukuran kecil- kecil yang berulang.[3] Komon dikenakan untuk menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu dengan teman-teman, atau menonton pertunjukan di gedung.

Tsumugi

      Tsumugi adalah kimono santai untuk dikenakan sehari-hari di rumah oleh wanita yang sudah atau belum menikah. Walaupun demikian, kimono jenis ini boleh dikenakan untuk keluar rumah seperti ketika berbelanja dan berjalan-jalan. Bahan yang dipakai adalah kain hasil tenunan sederhana dari benang katun atau benang sutra kelas rendah yang tebal dan kasar. Kimono jenis ini tahan lama, dan dulunya dikenakan untuk bekerja di ladang.

Yukata

       Yukata (浴衣, baju sesudah mandi) adalah jeniskimono yang dibuat dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis. Dibuat dari kain yang mudah dilewati angin, yukata dipakai agar badan menjadi sejuk di sore hari atau sesudahmandi malam berendam dengan air panas. Menurut urutan tingkat formalitas, yukata adalah kimono nonformal yang dipakaipria dan wanita pada kesempatan santai di musim panas, misalnya sewaktu melihat pesta kembang api, matsuri (ennichi), atau menari pada perayaanobon. Yukata dapat dipakai siapa saja tanpa mengenal status, wanita sudah menikah atau belum menikah.
Gerakan dasar yang harus dikuasai dalam nihon buyo selalu berkaitan dengan kimono. Ketika berlatih tari, penari mengenakan yukata sebagai pengganti kimono agar kimono berharga mahal tidak rusak karena keringat. Aktorkabuk i mengenakan yukata ketika berdandan atau memerankan tokoh yang memakai yukata. Pegulatsumo memakai yukata sebelum dan sesudah bertanding.
Musim panas berarti musim pesta kembang api dan matsuri di Jepang. Jika terlihat orang memakai yukata, berarti tidak jauh dari tempat itu ada matsuri atau pesta kembang api.

2. KIMONO PRIA
       Kimono pria dibuat dari bahan berwarna gelap seperti hijau tua, coklat tua, biru tua, dan hitam. Kimono paling formal berupa setelan montsuki hitam dengan hakama dan haori.
Bagian punggungmontsuki dihiasi lambang keluarga pemakai. Setelan montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan busana pengantin pria tradisional. Setelan ini hanya dikenakan sewaktu menghadiri upacara sangat resmi, misalnya resepsi pemberian penghargaan dari kaisar/pemerintah atau seijin shiki.

Kimono santaikin agashi

        Pria mengenakankinagashi sebagai pakaian sehari-hari atau ketika keluar rumah pada kesempatan tidak resmi. Aktor kabuki mengenakannya ketika berlatih. Kimono jenis ini tidak dihiasi dengan lambang keluarga.

   Seragam Sekolah


         Seragam sekolah Jepang mengambil model dari seragam angkatan laut bergaya Eropa yang pertama kali digunakan di Jepang pada akhir abad ke-19. Seragam /seifuku jenis ini masih digunakan hingga hari ini di Jepang. Seragam bergaya militer bagi anak laki-laki bermula pada era Meiji menggantikan hakama - pakaian tradisional yang dirancang oleh Utako Shimoda sekitar tahun 1920- Setelah gaya ini tidak lagi popular banyak sekolah berpindah ke pola Barat bergaya paroki. Seragam ini terdiri dari kemeja putih, dasi, blazer berlambang sekolah dan celana panjang yang serasi dengan blazer untuk anak laki-laki. Sementara anak perempuan menggunakan blus putih, dasi, blazer berlambang sekolah, dan kulot tartan atau rok berlipit.
Untuk musim panas, setiap sekolah memiliki seragam versi musim panas yang biasanya terdiri dari hanya kemeja putih dan celana panjang untuk anak laki-laki dan blus serta rok tartan dengan dasi untuk perempuan. Mereka juga memiliki setelan seragam olahraga- berbahan poliester yang digunakan sepanjang tahun serta t-shirt dan celana pendek untuk kegiatan olahraga di musim panas. 

         Namun demikian, ada saja tingkah para siswa yang selalu berusaha melawan peraturan dengan memakai seragam mereka secara tidak benar atau dengan menambahkan elemen dilarang seperti kaus kaki longgar dan lebar. Sementara itu anak perempuan memperpendek rok mereka, secara permanen atau pun dengan cara melipatnya, sedangkan anak laki-laki memakai celana panjang yang diturunkan hingga pinggul,dan membiarkan kancing kemeja terbuka.

Gakuran

        Gakuran merupakan seragam siswa laki-laki berjenis jas dengan kancing berlambang sekolah. Gakuran digunakan bersama dengan celana dan sabuk hitam atau berwarna gelap. Sepatu yang digunakan berjenis pantofel. Sementara beberapa sekolah mewajibkan siswanya mengenakan pin pada kerah yang menunjukkan sekolah dan / atau peringkat kelas.
Kancing kedua seragam laki-laki sering diberikan kepada gadis idamannya. Pemberian kancing ini sebagai pernyataan cinta dan kacing ke-dua dianggap yang paling dekat dengan jantung yang melambangkan emosi dari tiga tahun kehadiran di sekolah. Praktek ini dipopulerkan oleh adegan dalam novel dengan Taijun Takeda. Gakuran berasal dari seragam Angkatan Darat Perancis. Pakaian seperti ini juga dipakai oleh anak-anak sekolah di Korea Selatan dan Cina sebelum tahun 1949. .
 
Sailor

        Seragam ini umumnya digunakan oleh siswa SMP di Jepang. Namun demikian ada juga sekolah menengah dan sekolah dasar yang menggunakan seragam jenis ini. Seragam sekolah ini berawal di tahun 1920 saat Heian Jogakuin dan 1921 diperkenalkan oleh kepala sekolah Fukuoka Jo Gakuin University, Elizabeth Lee. Ini adalah model yang meniru seragam yang digunakan oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris pada saat itu, dan Lee merupakan salah seorang pertukaran pelajar di Inggris.
Seragam ini umumnya terdiri dari blus dengan kerah bergaya pelaut-gaya dan rok lipit. Di musim dingin: digunakan lengan panjang dan musim panas dengan lengan pendek. Sebuah pita dengan berbagai variasi tersemat pada blus di bagian dada. Warna yang umum adalah biru, putih, abu-abu, hijau dan hitam.
Sepatu, kaus kaki, dan aksesoris lainnya menjadi bagian dari seragam. Umumnya kaus kaki berwarna biru tua atau putih. Sepatu bergaya pantofel biasanya berwarna cokelat atau hitam.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar